Pada tahun 2017, Tiket pun memasuki babak baru dalam dunia tech yakni kami mulai melakukan pengaplikasian microservice. Waktu itu setiap engineer sudah diminta untuk membaca clean code, microservice pattern, domain driven design dan banyak literatur lain untuk mendukung perancangan dan pembuatan microservice. Tidak hanya itu, para managers pun sudah melakukan meeting yang tidak henti-henti dan juga sempat mengajak para lead (waktu itu cuma sekali doank diajak) untuk merancang microservice yang akan kami buat pada tahun 2017. Setelah melalui meeting yang cukup panjang dan tanpa henti akhirnya para managers pun membuat blueprint yang disebut dengan nama The Port. Perjalanan panjang tim tech Tiket melakukan migrasi dari monolith ke microservice pun dimulai.
Read MoreSebelum masuk ke tahun 2017 atau era microservice di Tiket, sebenarnya waktu itu gw sudah merancang microservice terlebih dahulu pada akhir 2016. Payment di Tiket, response timenya sungguh sangat jelek pada masa itu terutama dalam hal menerima callback dari third party. Jadi kalau ada payment gateway yang memberikan request pada jam sibuk, sistem Tiket akan memberikan response sekitar 6-7 detik bahkan bisa lebih dari itu. Hal ini sangat menjengkelkan karena gw sering banget mendapatkan info di grup yang menanyakan mengenai, “Apakah Tiket sedang down?”. Oleh karena itu gw berpikir untuk membuat sebuah sistem kecil untuk menerima callback dari third party sehingga inquiry atau notification payment selalu Tiket terima lebih dahulu dan seandainya Tiket beneran down, kami hanya tinggal mengembalikan dana saja. Pada masa itu gw menyebut sistem ini dengan nama IPAAS (Intelligent Payment As A Service), keren gak tuh namanya? LOL.
Read MoreBeberapa waktu lalu gw sempat membaca tentang tulisan di linkedin. Kebetulan gw ga sempet save linknya jadi gak bisa dishare kemari. Tetapi ada yang menarik di tulisan tersebut yang mengatakan bahwa microservice bukan lah sebuah silver bullet untuk menyelesaikan kompleksitas yang terjadi dalam membangun sebuah produk berbasis IT. Tentu saja itu sungguh mengagetkan gw yang tahun ini melakukan rewrite besar-besaran. Perusahaan OTA tempat bekerja sekarang sedang mengalami problem yang mungkin akan dialami semua start up ketika sudah membesar nantinya. Ya hal itu adalah scaling product dimana kebutuhan product akan semakin banyak. Yang paling membahayakan ketika sudah membesar adalah dimana tim bisnis dan jajaran direksi menganggap dengan menambah jumlah resources di development semakin besar maka akan semakin cepat juga dalam hal development. Hal ini ada benar dan ada salah nya juga. Kok bisa begitu? Jadi begini ceritanya.