Perjalanan menjadi Software Engineer – Part 24

Pada tahun 2016, gw sempat mendapatkan tawaran pekerjaan sampingan dari salah satu teman gw di Tiket dulu yakni Ko Jerry. Beliau sendiri sebenarnya mengajak gw untuk join bareng dengan timnya yakni funimall yang merupakan marketplace untuk binatang peliharaan. Timnya sendiri waktu itu beranggotakan orang-orang dari Ralali yang bisa dibilang orang yang cukup kompeten dalam bidangnya seperti system analis dan product. Ko Jerry pun beranggapan bahwa funimall kelak akan menjadi salah satu start up yang cukup bersaing karena waktu itu e-commerce yang bergerak di bidang binatang peliharaan belum ada. Sayangnya waktu itu karena satu dan lain hal, akhirnya project ini tidak berkembang dan berakhir ditinggal para foundernya (bahkan websitenya saja belum jadi LOL). Tetapi bukan itu yang ingin gw ceritakan, melainkan perjalanan gw mengambil pekerjaan sampingan diluar pekerjaan utama gw.

Sebelum menawarkan funimall, Ko Jerry menawarkan gw untuk bekerja sampingan di tempat istrinya bekerja yakni Sukawu. Gw pun akhirnya mencoba peruntungan tersebut karena waktu itu gaji di Tiket terbilang cukup kecil (untuk ukuran start up pada masa itu) dan gw sendiri ada keinginan untuk membeli rumah (walaupun tidak jadi LOL). Kantornya sendiri berada di APL tower yang membuat gw cukup takjub karena ada start up yang masih kecil tapi sudah berani menyewa tempat yang cukup mewah di APL tower. Tiket sendiri kantornya di daerah Kuningan dan menggunakan gedung sendiri (ruko lebih tepatnya LOL) karena memang secara budget lebih murah. Akhirnya gw pun mengunjungi kantornya dan bertemu dengan Pak Teddy yang merupakan CEO dari Sukawu. Beliau pun lantas memberikan gw test terlebih dahulu sebelum menggunakan jasa gw. Waktu itu gw diperkenalkan dengan Kelvin Yusuf yang merupakan backend engineer disana (cuma seorang doank engineernya). Dia memberikan gw test yang menurut gw kelewat gampang LOL. Salah satu testnya hanyalah Fizz Buzz test, hanya saja diubah bentuknya dengan kata-kata lain (logicnya tetap sama).

Setelah dinyatakan aman oleh Kelvin, gw pun akhirnya ngobrol lagi dengan Pak Teddy. Beliau pun menawarkan untuk bekerja full time di Sukawu. Tentu saja gw menolak karena gw sudah bekerja di Tiket dan sejauh ini baik-baik saja (boong deng, kalau baik-baik kenapa ambil sampingan coba LOL). Beliau pun menghargai keputusan gw dan mencoba untuk memberikan kesempatan untuk bekerja secara freelance. Beliau bertanya mengenai apa saja yang bisa saya bantu dalam mengembangkan website Sukawu. Secara sekilas websitenya emang cupu banget dan masih dihosting, jadi belum pake dedicated server seperti di Tiket. Gw pun akhirnya bertindak sebagai konsultan bagi Sukawu dan juga sebagai backend engineer. Setelah setuju secara verbal untuk pekerjaan yang akan gw lakukan ke depannya, berikutnya adalah negosiasi fee. Problem gw disini adalah gw tidak tahu harus nego berapa dan beliau pun nembak gw langsung dengan harga IDR 2,000,000. Gw pun berpikir itu angka yang oke karena gw tidak masuk juga setiap hari dan hanya submit di waktu-waktu tertentu saja. Disini lah masalah baru dimulai.

Beberapa hari setelah negosiasi verbal, Pak Teddy pun mengirimkan agreement yang perlu ditandatangani oleh kedua pihak yakni gw dan perusahaan. Yang mengagetkan adalah ternyata agreementnya berubah dari negosiasi verbal sebelumnya. Berikut statementnya:

Before Revision part 1
Before Revision part 2

Disana gw diminta untuk dateng minimal 2x seminggu dan harus ready jika diminta datang hari Sabtu dan Minggu. Selain itu juga gw diminta untuk membuat online video system seperti youtube LOL. Sungguh permintaan yang tidak masuk akal, bayar 2 juta mintanya banyak amat. Beliau berpikir gw tidak membaca agreement dan main langsung tanda tangan, padahal kalau agreement pasti gw baca dulu. Akhirnya gw pun meminta revisi menjadi seperti berikut.

After Revision Part 1
After Revision part 2

Untungnya beliau pun setuju dengan revisi yang gw berikan dan akhirnya kami berdua sepakat untuk bekerja sama. Gw pun langsung meminta Kelvin agar code yang digunakan ditaro ke repository terlebih dahulu sebelum dishare ke gw. Jadi keadaannya waktu itu adalah source code itu dioper-oper menggunakan flash disc, mirip banget cara kerjanya kayak waktu gw masih di Lingkar 9. Setelah menaruh code di repository, gw pun langsung ngoding untuk melakukan pekerjaan pertama disana yakni membangun admin versi 3 (gatau versi 1 sama 2 nya kayak gimana LOL). Untuk adminnya sendiri waktu itu gw beli di themeforest yakni admin metronic. 2 minggu berselang, gw pun ketemu lagi ke Ko Jerry untuk berterima kasih karena telah memberikan gw pekerjaan sampingan yang lumayan untuk menambah pemasukan gw. Disini lah gw agak kaget karena ternyata fee yang gw minta terlampau kecil.

Ko Jerry pun menceritakan bahwa yang freelance disana ada 3 orang yakni gw, Ko Jerry dan 1 lagi orang Ralali bernama Winso (gatw bener apa engga namanya). 2 orang yang lain dibayar per halaman yang dibuat, Ko Jerry waktu itu meminta untuk 1 halaman yang dibuat sebesar IDR 1,000,000 (kalau ga salah), sedangkan Winso minta IDR 2,000,000 untuk 1 halaman slicing yang dibuat (dalam bentuk HTML). Sedangkan gw, dibayar per bulan cuma IDR 2,000,000. Gw pun merasa fee yang gw minta terlalu kecil dan memang keadaannya waktu itu gw gatw harus minta berapa, jadi gw iyain aja request dari Pak Teddy. Setelah bulan pertama selesai, gw pun meminta revisi untuk fee yang gw dapat menjadi IDR 3,000,000. Waktu itu Pak Teddy merasa kurang puas dengan hasil yang gw kerjakan, namun dia merasa gw cukup membantu dalam memberikan saran untuk pengembangan websitenya. Akhirnya dia pun menyetujui untuk menaikan fee gw dari IDR 2,000,000 menjadi IDR 3,000,000.

Pada bulan berikutnya, Sukawu pun kantornya pindah dari APL Tower ke Co Working Space di Jakarta Barat (lebih dekat lah pokoknya kalau dari Tiket). Mungkin biaya sewanya lebih murah kalau di Co Working Space LOL. Ok bukan itu yang akan kita bahas, namun gw merasa bahwa pekerjaan yang diberikan oleh Pak Teddy semakin banyak dan makin aneh-aneh. Gw pun sempat beberapa kali harus kerja sampai larut malam bahkan sampai subuh untuk mengejar target deadline. Sempat berpikir apakah fee nya memang pantas untuk mengorbankan jam tidur gw. Waktu itu gw sempat ngobrol sama Aggi yang merupakan anak Tiket yang juga suka mengambil project-an diluar Tiket. Dia bilang jika ngambil project-an dari luar, angkanya harus bagus karena jika jumlahnya terlalu kecil itu cuma bikin capek doank. Dia mematok untuk 1 jam lembur diluar jam kerja, dia minta dibayar IDR 500,000 – IDR 1,000,000. Sungguh angka yang membagongkan dan lagi-lagi gw berpikir bahwa gw salah nego angka lagi.

Pada bulan berikutnya (bisa dibilang bulan terakhir), gw pun sekali lagi meminta kenaikan fee gw dari IDR 3,000,000 menjadi IDR 4,000,000. Pak Teddy pun bingung dan merasa kok freelance tiap bulan minta naik. Untungnya waktu itu project yang gw kerjakan sudah 3/4 jalan jadi tinggal sedikit lagi selesai. Beliau pun merasa nanggung jika project ini tidak gw selesaikan sehingga dengan berat hati (sepertinya) beliau pun menerima permintaan gw. Disitu juga gw merasa bahwa sebenarnya memang dari awal fee gw terlalu kecil sehingga ketika gw minta naik tiap bulan, beliau tetap mengiyakan juga. Company normal tentu saja tidak mungkin mengijinkan kenaikan gaji ke karyawan tiap bulan walaupun karyawan itu adalah superstar sekali pun. Akhirnya ini menjadi bulan terakhir gw untuk bekerja sama dengan Sukawu karena pada bulan berikutnya, beliau sudah tidak berniat untuk memperpanjang kerja sama dengan gw. Beliau hanya meminta untuk mengerjakan project berdasarkan fitur basis. Hanya saja waktu itu ketika gw mengirimkan proposal, beliau tidak membalas dan gw anggap bahwa memang kerja samanya sudah berakhir.

Berikut proposal yang gw tawarkan untuk per project:

Bayar per project

Akhirnya masa-masa untuk kerja sampingan pun berakhir, waktu itu cewe gw sempat tidak setuju ketika gw mengambil kerja sampingan karena menurutnya kalau mau cari uang ya sekalian aja pindah tempat kerja yang memang memberikan gaji yang besar sehingga capeknya cukup di kantor saja, pulang ke rumah bisa chill. Sayangnya waktu itu gw masih terikat kontrak jadi hal itu tidak mungkin. Satu-satunya cara untuk menambah penghasilan ya dengan mengambil kerja sampingan diluar kerjaan utama.

Dengan berakhirnya kerja sampingan ini, maka berakhir sudah akhir tahun 2016. Tahun 2017, menjadi tahun yang mengubah perjalanan karir gw selama bekerja di Tiket dan bisa dibilang berakhirnya era Jahiliyah dan datangnya era yang baru yakni Dark Age atau Zaman Kegelapan. Tetapi sebelum kesana, gw akan bercerita mengenai ide para tech manager Tiket yang berencana untuk memecah monolith Tiket menjadi microservice. Pada masa itu, hampir setiap hari tech manager pergi untuk meeting untuk membahas bagaimana bentuk microservice tiket nantinya.

Leave a Reply