Perjalanan menjadi Software Engineer – Part 23

Perjalanan dinas ke Singapore merupakan perjalanan dinas ketiga gw di tiket. Bisa dibilang perjalanan dinas kali ini bukan untuk conference atau pun entertain dari pihak third party (walaupun sebenarnya menuju ke perusahaan third party juga) melainkan untuk membahas isu yang cukup problematik di sisi pembayaran kartu kredit yakni masalah blank 3DS. Pada masa itu, tiket masih menggunakan php sebagai bahasa pemrograman dan hampir semua flow yang dilakukan sifatnya adalah synchronous. Hal ini membuat aplikasi harus menunggu response dari third party sebelum menuju flow berikutnya. Problemnya adalah kadang response dari third party lebih lama dari dugaan sehingga menghasilkan blank, baik ketika ingin menampilkan 3DS atau pun setelah berhasil mengisi otp di halaman 3DS.

Pada perjalanan kali ini yang berangkat adalah Ko Nat, Elbert, gw dan Mas Ferdi. Sebenarnya dinas kali ini mempunyai 2 agenda yakni menemui orang Cybersource untuk mempelajari root cause mengapa 3DS suka blank dan yang satu lagi adalah untuk bertemu dengan orang google mengenai migrasi ke GCP (gw lupa lebih detailnya apa, hanya saja dulu tiket masih menggunakan AWS dan Softlayer sebagai hosting utamanya). Kami pun berangkat dari Jakarta menuju Singapore pada tanggal 9 Agustus 2016 menggunakan Air Asia. Ingat pada zaman Jahiliyah, udah ga mungkin berpergian menggunakan Full Service Airlines karena mahal dan gak bakal dikasih juga sama manajemen LOL. Kami pun pergi tidak bareng Ko Nat karena pada saat itu Ko Nat ada keperluan sehingga beliau pergi terpisah dengan kami. Yang menguntungkan saat itu adalah kami mendapatkan hotel yang lumayan oke karena kami tinggal di Holiday Inn Express. Harga hotelnya sendiri pada saat itu tergolong mahal yakni IDR 2,000,000. Mas Ferdi waktu itu ngakalinnya adalah dengan mencari hotel bintang 3, karena memang dari kantor hanya memberikan budget untuk hotel bintang 3 saja tanpa melihat harganya. Berikut tiket dan voucher hotel saat itu.

Tiket keberangkatan
Voucher Hotel Holiday Inn

Sesampainya di Singapore, kami menghabiskan hari pertama untuk sedikit berwisata karena besoknya kami sudah harus check out dan juga meeting ke 2 tempat sekaligus yakni ke kantor Cybersource dan juga ke Google. Ko Nat pun akhirnya tiba bersama dengan istrinya di hotel beberapa jam setelah kedatangan kami. Beliau pun mengajak kami jalan-jalan ke Marina Bay untuk sekedar nongkrong dan menikmati sore di Singapore. Nah yang paling menguntungkan dengan keberadaan Ko Nat adalah beliau bisa mentraktir kami makan, karena lagi-lagi pada zaman Jahiliyah, budget kami untuk dinas ke luar negeri hanya mendapatkan USD 15 / hari yang artinya kami hanya mendapatkan USD 30 untuk dinas saat itu. Kebayang donk betapa mengenaskannya nasib gw waktu itu. Yang membuat gw kaget adalah traktiran Ko Nat waktu itu hampir mencapai angka SGD 100 padahal kami cuma minum milkshake sama nachos aja. Ga kebayang itu kalau gw disuruh bayar sendiri.

Hari pertemuan dengan Cybersource pun tiba, kami pun menuju kantor Cybersource dengan menggunakan Uber (waktu itu Uber belum dibeli grab). Sesampainya di kantor Cybersource, seperti biasa, kami harus memberikan kartu identitas untuk ditukar dengan kartu akses. Waktu itu gw kasi aja KTP, karena bodohnya, paspor gw tinggal di hotel yang harusnya dalam perjalanan di luar negeri, paspor harus selalu dibawa karena KTP itu ga berlaku disana. Tetapi untungnya mereka mau terima KTP LOL. Kami pun segera naik dan bertemu dengan orang Cybersource. Disana kami berbincang dengan Account Manager Cybersource bernama Sujinun (dipanggil dengan Fa). Setelah bertemu dengannya, kami pun diajak berkeliling kantornya terlebih dahulu sebelum meeting dengan Nicola dan Ng Chun (dipanggil dengan nama Kelvin). Untuk foto kantor Cybersource sendiri seperti berikut.

Part of Visa
Ada bajaj dalam kantor
Ruangan meeting

Kami pun akhirnya bertemu dengan Nicola dan Kelvin saat itu dan menjelaskan mengenai masalah yang terjadi dengan halaman 3DS yang sering blank. Mereka pun mencoba untuk mereproduce masalah tersebut yang sayangnya tidak bisa dilakukan oleh mereka. Menurut analisis dari Kelvin, halaman blank di tiket kemungkinan besar terjadi karena penggunaan iframe. By default 3DS sendiri itu merupakan iframe sehingga jika ditaro didalam iframe membuat chance terjadinya crash semakin besar. Dia juga melihat bahwa hampir semua e-commerce yang menggunakan jasa mereka tidak menggunakan iframe ketika me-render halaman 3DS. Kami pun mencoba mendengarkan feedback mereka dan bertanya apakah ada lagi masalah selain iframe. Hanya saja untuk sementara, mereka meminta agar 3DS di-render apa adanya tanpa harus membuka iframe dan ingin melihat kestabilan dari aplikasi tiket terlebih dahulu sebelum memutuskan langkah berikutnya. Setelah selesai berdiskusi, kami pun segera bergegas menuju kantor Google karena ada meeting dengan mereka jam 2 siang waktu setempat.

Yang menarik disini adalah kami sudah terlambat menuju ke kantor Google dikarenakan emang dasar orang Indonesia suka ngaret. Waktu kami keluar dari kantor Cybersource itu diperkirakan sudah pukul 2 siang waktu setempat, kami pun sampai di kantor google sekitar pukul 2.20 siang. Kami pun langsung disambut oleh konsultan cloud google (orang jepang dan gw lupa siapa namanya). Dia pun mengajak ke ruang meeting yang memang disiapkan untuk conference dengan orang dari luar (sepertinya dari Amerika, kurang tahu detailnya juga). Berhubung meeting kali ini yang punya kepentingan adalah Ko Nat dan Mas Ferdi, gw dan Elbert pun hanya mendengar saja. Konsultannya pun presentasi, namun belum selesai presentasi (karena sudah jam 3), tiba-tiba ada orang lain masuk ruangan dan mengusir kami. Dia bilang ini sudah jam 3, jadi kami harus keluar dari ruangan meeting. Benar-benar beda banget sama suasana meeting di Indonesia. Setelah selesai dengan Google, Ko Nat pun berpisah lebih dahulu karena beliau ada meeting di Indonesia sehingga beliau pun segera menuju bandara.

Petualangan kami pun dimulai untuk berbelanja oleh-oleh, mumpung lagi ada di Singapore, jadilah turis untuk sebentar saja. Waktu untuk mencari oleh-oleh pun terbilang mepet karena kami harus mengejar flight jam 9 malam sehingga gw, Elbert dan Mas Ferdi langsung ngibrit ke Bugis Street. Yang bikin kesel adalah kami memilih berjalan kaki karena katanya dekat dari kantor Google jika dilihat dari google maps. Eh taunya jalan hampir 30 menit, modyar dah tuh kaki. Sesampainya di Bugis Street, gw pun berbelanja kaos, cokelat dan gantungan kunci (standard banget gak tuh LOL). Yang menarik adalah disana gw bisa melihat toko yang menjual sex toys terpampang dengan sangat jelas dan sepertinya biasa aja (maklum di Jakarta ga mungkin ada). Setelah selesai membeli oleh-oleh, kami pun akhirnya memilih menggunakan MRT untuk balik ke hotel. Setelah sampai di hotel, kami pun segera menuju bandara karena waktunya sudah menunjukkan pukul 6 sore. Untungnya dari hotel ke bandara jaraknya tidak terlalu jauh, hanya sekitar 20-30 menit.

Sesampainya di bandara, kami pun segera mencari McD karena arahan dari Mas Ferdi LOL. Menurut dia, McD di Singapore dan Jakarta itu rasa dan bentuknya beda. Jadi kalau di Singapore harganya lebih mahal sedikit kalau di rupiahkan namun bentuknya lebih besar dan lebih mantap. Waktu itu beli paket apa gw lupa, cuma emang seinget gw lebih gede dan lebih enak rasanya. Akhirnya kami pun kembali ke Jakarta, dan jangan lupa karena naik lion, jadi ada delay dulu sekitar setengah jam LOL.

Gw sedikit lampirkan foto di Marina Bay pada malam hari. (Sayang waktu itu fotonya ga ke back up semua).

Pemandangan dari Marina Bay part 1
Pemandangan dari Marina Bay part 2

Untuk kisah berikutnya gw akan bercerita mengenai side job yang gw lakukan untuk menambah-nambah penghasilan. Maklum pada saat itu gaji di tiket termasuk kecil dan teman-teman gw yang sudah keluar dari tiket, rata-rata gajinya sudah melebihi 2 digit (belum sampai kepala 2 ya tapi), sedangkan gw sendiri belum sampai 2 digit.

Leave a Reply